Solusiuntuk meningkatkan hasil panen sayuran dengan tetap memperhatikan kesuburan tanah di antaranya dengan mengaplikasikan teknologi EMP (effective mirroorganism procedure). EMP merupakan suatu teknologi aplikasi inokulan mikroorganisme dalam proses produksi pertanian, terutama budi daya tananaan sayur.
Indonesia telah terkenal sejak sedari dulu sebagai negara agraris, yakni negara dengan kekuatan ekonomi yang ditopang oleh sektor pertanian. Teknologi Internet of Things IoT yang semakin berkembang, kini juga sudah merambah ke sektor pertanian. Banyak manfaat IoT di sektor pertanian, salah satunya adalah pengumpulan data langsung yang lebih cepat, valid, dan juga akurat. Proses ini menjadi lebih cepat dikarenakan dapat memotong kegiatan yang memakan waktu. Untuk itu, sudah banyak industri pertanian yang menerapkan konsep IoT. Definisi teknologi pertanian Pertanian modern dan operasi pertanian bekerja jauh berbeda dibandingkan dengan beberapa dekade lalu, terutama dengan adanya kemajuan teknologi termasuk sensor, perangkat, mesin, serta teknologi informasi. Pertanian saat ini secara rutin menggunakan teknologi canggih seperti robot, sensor suhu dan kelembaban, gambar udara, dan yang terakhir teknologi GPS. Perangkat canggih dengan pertanian presisi serta sistem robot ini memungkinkan bisnis menjadi lebih menguntungkan, efisien, lebih aman, serta lebih ramah Teknologi Pertanian Modern Kini petani tidak lagi harus menggunakan air, pupuk, dan pestisida secara menyeluruh di seluruh bidang. Sebaliknya, mereka dapat menggunakan jumlah minimum yang diperlukan serta menargetkan area yang sangat spesifik, atau bahkan memperlakukan tanaman secara berbeda tergantung dari kebutuhan tanaman. 1. Produktivitas Tanaman Lebih Tinggi IoT merupakan suatu konsep teknologi tanpa menggunakan kabel. Dalam sektor pertanian, banyak dari penerapan IoT pada mapping cuaca dan keadaan kondisi tanah. Proses mapping yang lebih cepat, membuat para petani dapat membuat keputusan yang cepat dan juga tepat. Bahkan jika petani membutuhkan data secara langsung tentang kondisi cuaca hal itu tak perlu membutuhkan waktu yang lama. Data tentang Cuaca, keadaan kondisi tanah, serta kebutuhan pasar terhadap tanaman tertentu. Hal tersebut dapat berpengaruh terhadap maksimalisasi produk pertanian agar lebih efektif. Mapping yang berbasis GPS ini pada umumnya menyimpan data berbasis internet dengan komputasi awan. 2. Pengurangan Penggunaan Air, Pupuk, Dan Pestisida Kegiatan produksi pertanian pasti akan meliputi pemupukan, penyemprotan hama dan juga pemanenan. Semua aktivitas ini dapat dilakukan dengan menggunakan mesin dan peralatan khusus. Bahkan dengan IoT juga, petani dapat melakukan pemupukan maupun penyemprotan hama secara real time dari jarak jauh. Tak hanya itu, mereka dapat menggunakan data ini untuk menganalisis secara akurat untuk menentukan lokasi efektif area operasi produksi. 3. Pengurangan Dampak Pada Ekosistem Alami Adanya konsep IoT juga membuat petani dapat mengukur dan juga menemukan kekurangan komponen utama pada lahan sedini mungkin. Sehingga mereka dapat mengatur penggunaan energi yang digunakan seefektif mungkin. Apalagi sumber daya utama pada sektor pertanian adalah air dan juga tanah. Kedua komponen tersebut harus digunakan secara efektif agar tidak terjadi pemborosan. 4. Lebih Sedikit Pembuangan Bahan Kimia Ke Sungai Dan Air Tanah Penerapan IoT dalam persoalan kontrol serta penanganan hama dapat diaplikasikan ke dalam bentuk jaringan sensor untuk dapat memantau jumlah hama. Pada prakteknya, jika sensor mendeteksi terlalu banyak hama, informasi tersebut dapat dikirim ke sistem pengendalian hama secara otomatis untuk mengambil tindakan berupa penggantian penggunaan pestisida, sehingga hasil panen pun bisa menjadi lebih sehat untuk dikonsumsi 5. Meningkatkan Keamanan Pekerja Untuk memaksimalkan hasil pertanian, penggunaan IoT sebagai alat monitoring sangat diperlukan karena dapat menambah efisiensi dalam aspek pertanian. Mengapa menjadi lebih efisien? sebab kegiatan monitoring pertumbuhan tanaman menjadi lebih cepat dengan menggunakan sensor - sensor serta beberapa peralatan khusus. Dengan peralatan tersebut petani bisa mengukur, dan juga mendeteksi dari awal data perkembangan tanaman yang berbasis agroteknologi ini. Selain itu, petani juga bisa mengetahui kesehatan tanaman yang ditanam secara serta pemanfaatan inovasi smart farming Smart farming merupakan penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi IT modern ke dalam pertanian, yang mengarah ke apa yang dapat disebut third green revolution. Setelah revolusi pemuliaan tanaman dan juga genetika, third green revolution ini mengambil alih dunia pertanian berdasarkan pada aplikasi gabungan solusi IT seperti peralatan presisi, Internet of Things IoT, sensor serta aktuator, sistem penentuan posisi geografis, Big Data , robotika, dll. Cerdas memiliki potensi nyata untuk menghasilkan sebuah produksi pertanian yang lebih produktif dan juga berkelanjutan, berdasarkan pendekatan yang lebih tepat dan juga efisien dalam sumber daya. Dari sudut pandang petani, Smart agriculture memberi para petani nilai tambah dalam bentuk pengambilan keputusan yang lebih baik atau operasi dan manajemen eksploitasi yang lebih efisien dari yang sebelum Smart Farming Di Indonesia Di indonesia sendiri telah diterapkan pertanian modern atau smart farming yaitu implementasi UAV agriculture yang mempunyai fungsi membawa cairan insecticide, pestisida, hingga fertilizer/ pupuk cair untuk di semprotkan di atas lahan pertanian secara otomatis. Indonesia juga sudah mengimplementasikan teknologi drone untuk survey udara dalam pertanian yang digunakan untuk inspeksi kesehatan tanaman dengan metode NDVI image processing selain kedua aspek tersebut implementasi otomasi yang sudah diterapkan yaitu smart farming untuk weather – nutrient sensing yang terintegrasi melalui wireless ke smartphone atau laptop pada stasiun utama .Bagaimana IoT Bekerja Untuk Inovasi Pertanian Modern Bagi para petani dan pekerja, Internet of Things telah membuka berbagai cara yang sangat produktif untuk mengolah tanah serta memelihara ternak dengan menggunakan sensor yang murah dan mudah untuk dipasang serta banyak data mendalam yang mereka tawarkan. Sejalan dengan peningkatan yang pesat dari Internet of Things di bidang pertanian ini, aplikasi pertanian cerdas semakin berkembang dengan janji untuk menghadirkan visibilitas 24/7 ke dalam kesehatan tanah serta tanaman, kinerja mesin, kondisi penyimpanan, perilaku hewan, hingga tingkat konsumsi energi. Smart farming berdasarkan teknologi IoT akan memungkinkan para petani dan pekerja untuk mengurangi limbah dan juga meningkatkan produktivitas mulai dari jumlah pupuk yang digunakan hingga jumlah perjalanan yang telah dilakukan kendaraan pertanian. Jadi smart farming adalah sistem padat modal dengan hi-tech untuk menanam makanan secara bersih dan berkelanjutan dalam banyaknya produksi. Ini merupakan penerapan IT modern Teknologi Informasi dan Komunikasi ke dalam pertanian. Dalam pertanian pintar berbasis IoT, sebuah sistem dibangun untuk memantau ladang tanaman dengan bantuan sensor mulai dari cahaya, kelembaban, suhu, kelembaban tanah dan mengotomatisasi sistem irigasi. Para petani juga dapat memantau kondisi lapangan dari mana saja tanpa harus terbatas oleh jarak dan waktu. Pertanian cerdas berbasis IoT sangat efisien jika dibandingkan dengan pendekatan secara konvensional. Penerapan pertanian cerdas berbasis IoT tidak hanya menargetkan operasi pertanian besar secara konvensional, tetapi juga bisa menjadi pengungkit baru untuk mengangkat tren pertumbuhan atau umum lainnya dalam pertanian seperti pertanian organik, pertanian keluarga ruang kompleks atau kecil, ternak dan / atau budaya tertentu , pelestarian varietas tertentu atau berkualitas tinggi, dll., dan meningkatkan pertanian yang sangat Farming Revolusi pada bidang pertanian menerapkan sebuah metode "Smart Farming Precision Agriculture" yang secara garis besar metode ini terbagi menjadi 2 bagian yaitu smart farming dan precision agriculture a. Smart Farming pertanian pintar yaitu penggunaan platform yang konektivitasnya dengan perangkat teknologi contoh tablet dan handphone dalam mengumpulkan informasi contoh status hara tanah, kelembaban udara, kondisi cuaca dsb yang diperoleh dari lapang dari perangkat yang ditanamkan pada lahan pertanian. b. Precision Agriculture pertanian presisi lebih kepada penggunaan input berupa pestisida dan pupuk sesuai kebutuhan berdasarkan informasi olahan data pada tablet sehingga tidak ada kelebihan dalam dosis pengaplikasiannya karena dipenuhi berdasarkan kekurangannya. Dampak baik yang ditimbulkan pada pengaplikasian pupuk atau pestisida sesuai kebutuhan akan menjaga kesehatan dan kelestarian tanah, optimalisasi penggunaan input dan saving cost. Dalam prakteknya di lapangan metode smart farming precision agriculture ini menggabungkan antara platform berbasis IoT Internet of Things dengan alat dan mesin pertanian alsintan. Tentunya agar hal tersebut selaras alat produksi pertanian tidak lagi dioperasikan secara konvensional namun dikendalikan dengan teknologi, oleh karena itu alat harus ditingkatkan atau di-upgrade. Upgrading alat pertanian disini dapat berupa penggabungan 2 perangkat yang dirakit berdasarkan kebutuhan atau penambahan teknologi pada suatu perangkat contoh penambahan sensor, GPS, wifi dsb sehingga kompatibel dengan platform yang sesuai. Kementerian Pertanian melalui Balitbangtan sangat menggenjot pembaharuan teknologi alsintan ini mengingat Alsintan merupakan hal yang sangat vital. 1. Sprayer Drone Sprayer Drone merupakan alat yang menggabungkan 1 teknologi dan 1 metode aplikasi, yaitu drone pesawat tanpa awak dan foliar application pemupukan lewat daun. Alat ini digunakan untuk pemupukkan dan penyemprotan pestisida pada tanaman. Layaknya sebuah drone alat ini bekerja di permukaan udara, yang dahulu penyemprotan pestisida dan pemupukan harus dilakukan dengan menelusuri lahan pertanian, namun dengan menggunakan sprayer drone ini dapat dikendalikan dengan jarak jauh karena dikoneksikan dengan wifi pada remote control operator. Drone ini juga dilengkapi dengan sensor dan GPS Global Positioning System. Mekanisme kerja drone menyemprotkan liquid dengan wujud kabut fog dari udara tepat pada daun tanaman atau lebih dikenal dengan foliar application. Kelebihan yang didapatkan dengan menggunakan drone ini sangat menguntungkan yaitu dapat mengatasi kekurangan tenaga kerja lapang dan pengaplikasian pestisida serta pupuk dapat menjangkau luasan area 5 hektar dalam 1 jam. 2. CI Agriculture HARA Merupakan startup pertanian lokal berbasis IoT Internet of Things, startup ini menggunakan jaringan internet baik untuk pengumpulan, pertukaran data dan controlling alat di lapangan yang terhubung dengan gadget. Fokus utama CI Agriculture yaitu pengembangan sistem manajemen pertanian dengan menggunakan big data analytics. Big data analytics adalah kumpulan data yang diperoleh dari lapang, data yang dikumpulkan dapat berupa data anomali cuaca, status hara dan kondisi tanah, serta berasal dari pencitraan satelit dan drone. Data yang diperoleh kemudian akan diolah, kemudian data tersebut akan menghasilkan informasi yang akurat dan update sehingga dapat membantu petani dalam membuat keputusan dalam proses produksi. Smart Farming Precision Agriculture kuncinya adalah meningkatkan produktivitas dan laba dengan penggunaan teknologi melalui minimalisasi penggunaan input produksi. Smart Farming Precision Agriculture merupakan teknologi yang belum sepenuhnya diterapkan di Indonesia, tentunya akan terdapat banyak kesulitan untuk mengenal teknologi ini. Untuk mengatasinya kita harus sabar dan terus belajar mengadopsi teknologi ini secara mandiri maupun pada negara yang sudah berhasil menerapkan nya. Pada hakekatnya dibutuhkan waktu yang tidak singkat, perlu ketekunan dan niat yang bulat. 5 Teknologi Pertanian Andalan Indonesia 1. Transplanter Teknologi ini direkomendasikan oleh Litbang Kementan RI untuk hal penanaman padi. Teknologi ini meningkatkan produksi padi hingga 30 persen. 2. Indo Combine Harvester Indo Combine Harvester adalah alat untuk panen padi yang memudahkan dalam proses pemotongan hingga pengantongan padi. 3. Mesin Pemilah Bibit Unggul Mesin tersebut banyak digunakan perusahaan pembibitan untuk tahap seleksi bibit unggul. Misalnya digunakan pada pemilihan bibit unggul Jagung Hibrida. 4. Alat Pengering Kedelai Alat pengering kedelai ini mampu mempersingkat waktu pengeringan yang biasanya dilakukan selama delapan hari dipersingkat menjadi satu hari. 5. Instalasi Pengolah Limbah Dengan menerapkan teknologi instalasi pengolah limbah, limbah ternak dapat diubah menjadi pupuk organik. Ini menjadi nilai tambah bagi peternakan. Sekian yang dapat penulis sampaikan terkait "Penggunaan Teknologi Smart Farming Membuat Hasil Panen Menjadi Maksimal", semoga dengan adanya artikel ini para petani yang memiliki setidaknya pengetahuan lebih mengenai teknologi bisa menerapkan Teknologi IoT ini untuk diimplementasikan langsung ke lahan pertaniannya. Berbicara mengenai Teknologi IoT IDMETAFORA menawarkan jasa pembuatan IoT juga loh! Tidak hanya itu Kami juga siap melayani jasa pembuatan website yang sudah terintegrasi ERP, bagi kamu yang tertarik bisa langsung hubungi Kami di 0896 6423 0232 atau 0813 9399 3723. Atau juga langsing kunjungi kami di Jl. Damai Sleman, Yogyakarta.

Lahanpertanian merupakan lahan yang diperuntukan untuk kegiatan pertanian. Salah satu permasalahan dalam mencapai ketahanan pangan adalah alih fungsi lahan.Alih fungsi lahan pertanian ke non-pertanian merupakan berubahnya satu penggunaan lahan ke penggunaan lainnya, sehingga permasalahan yang timbul akibat konversi lahan. Widjanarko (2006) menyebutkan dampak negatif akibat alih fungsi lahan

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Pertanian merupakan sektor penting di Indonesia yang berperan dalam penyediaan pangan, pendapatan, dan lapangan kerja bagi penduduk. Namun dalam pertanian seringkali muncul tantangan dalam bentuk hama tanaman yang dapat mengurangi produktivitas dan kualitas hasil pertanian secara signifikan. Dalam upaya untuk mengatasi masalah ini, perkembangan pestisida alami dengan bantuan nanoteknologi telah menjadi fokus penelitian yang squamosa L., atau buah srikaya adalah tanaman yang mengandung vitamin C dalam jumlah besar. Biji buah srikaya ini memiliki sifat beracun yang dapat digunakan untuk insektisida terhadap hama serangga. Senyawa-senyawa aktif dalam buah srikaya dapat mengganggu sistem saraf dan pertumbuhan hama, seperti ulat, kutu daun, dan serangga lainnya. Mereka juga dapat bertindak agen untuk menjauhkan hama dari tanaman. Kelebihan buah srikaya sebagai bahan baku untuk pestisida alami adalah sifatnya yang lebih ramah lingkungan, lebih aman untuk manusia dan hewan, serta tidak meninggalkan residu berbahaya pada tanaman atau hasil panen. Penggunaan nanoteknologi dalam pengembangan pestisida alami dari buah srikaya melibatkan penggunaan nanopartikel untuk meningkatkan efektivitas, stabilitas, dan penghantaran senyawa aktif dari buah srikaya ke organisme utama nanoteknologi dalam pengembangan pestisida alami dari buah srikaya dapat dilakukan dengan nanopartikel dimana partikel-partikel dalam bentuk nano dapat digunakan untuk menghantarkan senyawa aktif dari buah srikaya secara efisien ke hama atau patogen. Permukaan nanopartikel dapat dimodifikasi untuk meningkatkan daya serap dan penyebaran pada organisme target. Selain itu, nanopartikel juga dapat melindungi senyawa aktif dari degradasi dan memungkinkan pelepasan bertahap untuk memberikan efek jangka panjang. Penggunaan teknologi nanopartikel memberikan beberapa manfaat antara lainPengurangan penggunaan pestisida kimia yang biasa digunakan oleh petani. Pengurangan penggunaan pestisida ini akan mengurangi kerusakan lingkungan dan meminimalkan residu pestisida dalam produk alami dari buah srikaya yang diperkuat oleh nanoteknologi dapat memberikan perlindungan yang lebih efektif terhadap hama dan penyakit tanaman. Dengan stabilitas dan efektivitas yang meningkat, pestisida alami dapat mengendalikan organisme patogen tanpa merusak ekosistem yang lebih yang lebih baik terhadap hama dan penyakit tanaman, pestisida alami berbasis nanoteknologi dari buah srikaya dapat membantu meningkatkan hasil panen dan kualitas produk pertanian. Hal ini akan berdampak positif pada keamanan pangan dan kepuasan yang lebih berkelanjutan dimana pestisida alami lebih ramah lingkungan, tidak meninggalkan residu berbahaya, dan mempertahankan keanekaragaman hayati di sekitar area pertanian Berikut adalah beberapa langkah umum yang dilakukan dalam proses pembuatan nanopartikel dari buah srikaya untuk penggunaan sebagai pestisidaPersiapan buah srikaya Buah srikaya segar dipilih dan dibersihkan dengan baik untuk memastikan kebersihan dan kualitasnya. Kemudian, buah srikaya dipecah atau dihancurkan untuk memisahkan daging buah dari senyawa aktif Daging buah srikaya yang telah dipisahkan diambil senyawa aktif yang terkandung di dalamnya. Metode ekstraksi yang umum digunakan adalah ekstraksi menggunakan pelarut organik, seperti etanol atau metanol, untuk mendapatkan senyawa-senyawa aktif dari buah nanopartikel Setelah senyawa aktif berhasil diekstraksi, langkah selanjutnya adalah membuat nanopartikel dari senyawa tersebut. Teknik umum yang digunakan adalah teknik nanopartikel polimer dimana senyawa aktif dari buah srikaya diinkapsulasi dalam matriks polimer untuk membentuk nanopartikel Setelah pembuatan nanopartikel, langkah selanjutnya adalah melakukan karakterisasi untuk memastikan ukuran, stabilitas, dan distribusi partikel yang nanopartikel buah srikaya terbentuk, penggunaannya sebagai pestisida dapat dilakukan dengan cara penyemprotan langsung pada tanaman yang terinfestasi memberikan potensi yang besar dalam pengembangan pestisida alami dari buah srikaya untuk pertanian berkelanjutan. Teknologi nanopartikel dalam pestisida alami dari buah srikaya dapat meningkatkan efektivitas, stabilitas, dan penghantaran senyawa aktif ke organisme target. Dampaknya termasuk pengurangan penggunaan pestisida kimia, perlindungan tanaman yang lebih efektif, peningkatan hasil panen dan kualitas produk, serta dukungan terhadap pertanian yang lebih berkelanjutan secara keseluruhan. Dengan terus menerus mengembangkan dan menerapkan inovasi nanoteknologi dalam pestisida alami dari buah srikaya, kita dapat memajukan pertanian menuju masa depan yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan. Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
KabupatenLandak (lahan sawah irigasi) di Kalimantan Barat yang menguji penggunaan mesin panen untuk meningkatkan efisiensi tenaga dan biaya dalam proses panen dan MICO) adalah salah satu hasil inovasi teknologi mekanisasi yang dihasilkan oleh Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Petanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian untuk › Ekonomi›Pemanfaatan Teknologi... Sektor pertanian Indonesia belum optimal memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan produktivitas. Karena produksi tidak efisien, daya saing produk jadi lemah. OlehM Paschalia Judith J / Aditya Diveranta 4 menit baca KOMPAS/KHAERUL ANWAR Petani sedang praktik mengoperasikan alat dan mesin pertanian berupa mesin meratakan tanah di areal Science Technology Industrial Parak, Desa Banyumulek, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, Kamis 19/3/2020.JAKARTA, KOMPAS — Pemanfaatan hasil inovasi dan teknologi untuk mendorong produktivitas pertanian di Indonesia dinilai berjalan lambat. Padahal, keberadaannya strategis untuk meningkatkan produksi, produktivitas, efisiensi, dan sekaligus daya saing produk senior Institute for Development of Economics and Finance Indef sekaligus Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Bustanul Arifin, menyatakan, berdasarkan penelitian Fahmi dan kawan-kawan di Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia Perhepi, produktivitas faktor total atau total factor productivity TFP sektor pertanian selama kurun 1996-2017 cenderung lebih rendah dibandingkan TFP ekonomi secara keseluruhan. TFP adalah rasio antara keluaran output total terhadap input total. Menurut penelitian itu, pertumbuhan TFP pertanian selama 1996-2017 negatif 0,65, sementara TFP perekonomian nasional kurun 1996-2019 tumbuh 0,13. ”TFP negatif berarti ada problem dalam mendorong produktivitas pertanian karena lambat mengadopsi teknologi dan inovasi,” kata Bustanul Arifin dalam webinar Kedaulatan Pangan dan Energi yang digelar Indef secara daring, Senin 30/11/2020.Koefisien elastisitas keluaran kapital, di dalamnya termasuk teknologi, menurut penelitian itu, mencapai 0,9. Artinya, setiap kenaikan jumlah kapital sebesar 1 persen dapat meningkatkan keluaran sektor pertanian sekitar 0,9 persen. Sementara koefisien keluaran tenaga kerja hanya 0,1 yang berarti setiap kenaikan jumlah tenaga 1 persen mendorong keluaran sektor pertanian sebesar 0,1 inovasi dan adopsi teknologi dalam pertanian berjalan lambat, antara lain, karena hambatan dalam penyebaran dan penerapannya di lapangan. Pertumbuhan TFP pertanian selama 2011-2017 bahkan negatif yang berarti ada penurunan produktivitas. ”Kalau tidak ada terobosan teknologi, dengan TFP yang negatif itu, kita Indonesia punya masalah besar. Kedaulatan pangan bisa terganggu,” kata teknologi dan inovasi urgen untuk mengefisienkan produksi dan mendongkrak daya saing produk. Selama ini, karena kalah bersaing, produksi beberapa komoditas pertanian Indonesia berangsur turun dan redup. Kedelai, misalnya, semakin tersingkir oleh kedelai impor yang lebih unggul dari sisi harga. Gula berbasis tebu yang produksi oleh sebagian besar pabrik perusahaan pelat merah juga kalah dari sisi harga karena teknologi dan mesin yang sudah Pertanian Syahrul Yasin Limpo saat memberikan pengantar dalam diskusi tersebut menggarisbawahi pentingnya pemanfaatan teknologi di sektor pertanian. Teknologi menjadi solusi bertani di tengah perubahan iklim yang berdampak pada ketersediaan air dan permintaan pangan. ”Untuk mengairi persawahan, misalnya, kita tidak bisa lagi hanya mengandalkan hujan,” juga Mencemaskan Masa Depan PetaniOleh karena itu, kementerian mengoptimalkan pemanfaatan teknologi untuk mendorong kontribusi sektor pertanian terhadap perekonomian nasional. Syahrul mencontohkan pemanfaatan kecerdasan buatan, citra satelit, dan internet of things dalam sejumlah program Kementerian berharap perguruan tinggi yang mengajarkan pertanian untuk turut menciptakan kurikulum yang adaptif terhadap perkembangan teknologi. ”Rencananya, pada tahun 2021, saya akan mengintervensi hal ini,” ujarnya dalam seminar yang FATHONI Ibu PKK membawa hasil panen sayuran di perkebunan Susia Garden, Kalibata, Jakarta Selatan, Senin 30/11/2020. Warga menanam belasan jenis sayuran dan buah-buahan dengan memanfaatkan lahan tidur. Hasil panen sayuran ini dijual ke masyarakat panganSejumlah warga bersama Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian DKI Jakarta menggelar panen hasil pertanian, perikanan, dan peternakan secara serentak di seluruh wilayah Jakarta, Senin. Dinas mencatat, warga Jakarta di 228 lokasi bergabung dalam kegiatan Tugas Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Perikanan DKI Jakarta Suharini Eliawati menyebutkan, acara digelar untuk meningkatkan ketahanan pangan warga selama pandemi Covid-19. Sebanyak 62,3 ton produk pertanian, 0,7 ton produk perikanan, dan 160 ekor ternak dipanen dalam kegiatan juga Karpet Merah Impor Pangan, Nasib Petani Jadi TaruhanDia berharap hasil panen kali ini bisa dipakai untuk memenuhi permintaan pasar secara luas. ”Selain untuk ketahanan pangan warga, kami berharap hobi urban farming pertanian kota turut meningkatkan perekonomian warga dalam lingkup kecil. Dalam arti, bagus kalau hasil pertanian, peternakan, dan perikanan itu bisa bermanfaat untuk sesama warga,” panen terbanyak ada di Jakarta Timur, yakni 57 titik. Adapundi Jakarta Utara 52 titik, Jakarta Selatan 42 titik, Jakarta Barat 40 titik, Jakarta Pusat 31 titik, dan Kepulauan Seribu 6 titik. Warga memanen dalam jumlah yang beragam. Aryanto 51, perwakilan RT 013 RW 006 Kelurahan Jembatan Lima, Tambora, Jakarta Barat, misalnya, memanen 6 kilogram kangkung, bayam, dan kali ini menunjukkan bahwa di tengah pandemi Covid-19, warga DKI bisa tetap produktif walau dalam berbagai sejumlah warga di RW 006 Kalibata, Pancoran, Jakarta Selatan, melaporkan panen pepaya 15 kg, terung 3 kg, dan ikan nila 15 kg. Tidak hanya sayur dan buah-buahan, sebagian memanen ikan hasil budidaya dengan menggunakan keramba jaring Gubernur Bidang Kebudayaan dan Pariwisata DKI Jakarta Dadang Solihin menilai, potensi yang ada di kalangan warga semestinya bisa lebih maksimal. ”Panen kali ini menunjukkan bahwa di tengah pandemi Covid-19, warga DKI bisa tetap produktif walau dalam berbagai keterbatasan,” ujarnya. EditorMukhamad Kurniawan
A pengubahan lahan tidak produktif menjadi area pertanian B. tindakan penggunaan bibit unggul untuk meningkatkan hasil panen C. budidaya ganggang sebagai makanan D. perluasan lahan pertanian untuk menambah jumlah produksi E. pengembangan teknologi pertanian untuk meningkatkan produksi pangan 19.
ArticlePDF Available Abstractp class="A04-abstrak2"> Smart farming based on artificial intelligence is a flagship launched by the Ministry of Agriculture. Smart farming encourages the farmers to work more efficient, measurable, and integrated. Through technology, farmers are able to carry out farm practice by relying on mechanization, not on the planting season, from planting to harvesting accurately. Several smart farming technologies such as blockchain for modern off farm agriculture, agri drone sprayer, drone surveillance drone for land mapping, soil and weather sensors, intelligent irrigation systems, Agriculture War Room AWR, siscrop information systems have been implemented in some areas. However, farmers deal with various educational backgrounds, aging farmers phenomenon, and high cost of smart farming technology tools to implement smart farming. This paper aims to analyze the huge opportunities of smart farming by utilizing the potential of millennial farmers as actors and analyzing various government policies to support smart farming The Ministry of PDTT has carried out pilot projects to implement smart farming in several locations. The Ministry of Agriculture also needs to play a role by creating a smart farming roadmap. The Government's Strategic Project 2020 – 2024 through food estate based on farmer corporations may support massive smart farming applications. Dunia akan terus berkembang secara digital. Meningkatnya penggunaan teknologi digital secara eksponensial telah mendorong disrupsi, termasuk di sektor pertanian. Kehadiran teknologi digital telah mengubah cara orang berkomunikasi, belajar, dan berinteraksi. Kondisi ini juga menjadi tantangan baru bagi penyuluh pertanian bagaimana menyikapi perubahan masyarakat. Tulisan ini bertujuan 1 untuk menganalisis wawasan tentang bagaimana teknologi digital mentransformasi sektor pertanian Indonesia dan 2 untuk mengeksplorasi pergeseran peran penyuluh pertanian di era digital. Metode pendekatan yang digunakan adalah kualitatif. Kami menggunakan data kualitatif pengamatan online yang dikumpulkan di World Wide Web dengan observasi yang tidak mengganggu dan data dari tinjauan pustaka. Hasil penelitian menunjukkan teknologi digital mengubah sektor pertanian dalam dua hal, sistem pangan, dan sistem pengetahuan dan inovasi pertanian. Tulisan ini mencoba menunjukkan bahwa digitalisasi telah mengubah peran penyuluh pertanian. Peran Penyuluh diperbaharui untuk menyesuaikan diri dengan ekosistem digital, seperti informan, konsultan, penasehat, fasilitator, mediator, dan promotor. Serta perluasan peran penyuluh di bidang baru yaitu penyuluh sebagai content creator dan influencer, gatekeeper, translator, sense makers, expert user, big data analyst, artificial intelligence dan digital twin data scientist, pengambil keputusan , pengembang perangkat lunak, dan pembuat gamify. Sementara itu, untuk menjawab dua tantangan besar tersebut, The purposes of this study was to identify the condition of agricultural labor; know the causes, impacts and strategies to reduce the shift of the youth labor from agricultural to non-agricultural sector. This research was conducted in Bantul, Gunungkidul, Kulon Progo and Sleman regency in 2015. The results showed that the number of households and agricultural enterprises in DIY decrease. The participation of youth in agricultural sector had been decline and the age of agricultural labor DIY was dominated by the farmers over 60 years. Factors which push the shift of the youth from agricultural to non-agricultural was the bigger income on non-agricultural sector, negative image of agriculture, increase of education, narrow land ownership and ease of rural accessibility. While the factors of pull the youth was financial, parental inheritance and government incentives. The impacts of this condition was decrease of the effectiveness and efficiency of agriculture; the scarcity of agricultural labor and increase of the wage. To overcome this, it is necessary to increase the role of youth in the farmers' institutions; introduction of agriculture through early childhood education; improve the quality of agricultural actors; develope integrated agriculture; strengthen cooperative farming; agricultural insurance and marketing guarantees.

MenteriPertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo, optimistis program IPDMIP dapat bermanfaat bagi kepentingan masyarakat pedesaan. Khususnya untuk mendukung petani mencapai ketahanan pangan. "Lewat IPDMIP ini, pendapatan petani harus terus naik sehingga kesejahteraan petani juga meningkat. Pertanian adalah emas 100 karat," kata Mentan.
Penerapan teknologi inovasi pertanian berperan penting dalam meningkatkan produktivitas usaha tani, sehingga berpeluang untuk meningkatkan kesejahteraan hidup, dan meningkakan ketahanan pangan khususnya rumah tangga petani. Pengkajian ini bertujuan untuk mengindentifikasi inovasi teknologi pertanian yang telah diterapkan di lokasi studi, dan menganalisis hubungannya dengan kondisi ketahanan pangan pada rumah tangga petani. Tujuan penulisan ini adalah untuk mengidentifikasi jenis-jenis inovasi teknologi pertanian dan penerapannya berbasis sistem usaha pertanian inovatif dalam mendukung ketahanan pangan. Pengkajian dilakukan dengan menggunakan data primer dan sekunder yang dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif dengan menggunakan Metoda Desk Research. Teknologi tepat guna dan spesifik lokasi meliputi pemetaan kemampuan dan kesesuaian lahan, pewilayahan komoditas, analisis usahatani, optimalisasi pemanfaatan lahan, aplikasi agroteknologi, pertanian terpadu, penyediaan input produksi pertanian, perbaikan infrastruktur, pelatihan pendampingan pemberdayaan, pengembangan teknologi, pengendalian konversi lahan pertanian, dan penataan kelembagaan. Penerapan teknologi ini berkorelasi positif dengan kondisi ketahanan pangan khusunya rumah tangga petani, dimana petani yang menerapkan inovasi teknologi tingkat ketahanan pangan lebih baik dibandingkan dengan petani yang tidak menerapkan inovasi teknologi. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Proceedings Series on Physical & Formal Sciences, Volume 4 Prosiding Seminar Nasional Fakultas Pertanian dan Perikanan ISSN 2808-7046 Proceedings homepage Penerapan Inovasi Teknologi Pertanian Berbasis Sistem Usaha Pertanian Inovatif Mendukung Ketahanan Pangan Application of Agricultural Technology Innovations Based on Innovative Agricultural Business Systems Supporting Food Security Yennita Sihombing Badan Riset dan Inovasi Nasional BRIN Article history DOI Submitted August 20, 2022 Accepted Oct 28, 2022 Published Nov 28, 2022 Penerapan teknologi inovasi pertanian berperan penting dalam meningkatkan produktivitas usaha tani, sehingga berpeluang untuk meningkatkan kesejahteraan hidup, dan meningkakan ketahanan pangan khususnya rumah tangga petani. Pengkajian ini bertujuan untuk mengindentifikasi inovasi teknologi pertanian yang telah diterapkan di lokasi studi, dan menganalisis hubungannya dengan kondisi ketahanan pangan pada rumah tangga petani. Tujuan penulisan ini adalah untuk mengidentifikasi jenis-jenis inovasi teknologi pertanian dan penerapannya berbasis sistem usaha pertanian inovatif dalam mendukung ketahanan pangan. Pengkajian dilakukan dengan menggunakan data primer dan sekunder yang dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif dengan menggunakan Metoda Desk Research. Teknologi tepat guna dan spesifik lokasi meliputi pemetaan kemampuan dan kesesuaian lahan, pewilayahan komoditas, analisis usahatani, optimalisasi pemanfaatan lahan, aplikasi agroteknologi, pertanian terpadu, penyediaan input produksi pertanian, perbaikan infrastruktur, pelatihan pendampingan pemberdayaan, pengembangan teknologi, pengendalian konversi lahan pertanian, dan penataan kelembagaan. Penerapan teknologi ini berkorelasi positif dengan kondisi ketahanan pangan khusunya rumah tangga petani, dimana petani yang menerapkan inovasi teknologi tingkat ketahanan pangan lebih baik dibandingkan dengan petani yang tidak menerapkan inovasi teknologi. This work is licensed under a Creative Commons Attribution International License. Keywords Sistem Usaha Pertanian Inovatif, Inovasi Teknologi, Ketahanan Pangan Corresponding Author Yennita Sihombing Badan Riset dan Inovasi Nasional BRIN Email 1. PENDAHULUAN Inovasi teknologi pertanian berperan penting dalam meningkatkan produktivitas pertanian, mengingat peningkatan produksi melalui perluasan lahan ekstensifikasi sangat sulit diterapkan di Indonesia, ketika konversi lahan pertanian produktif ke non-pertanian yang semakin meluas Praptono, 2010. Penggunaan teknologi pertanian yang inovatif diperlukan untuk meningkatkan hasil produktivitas usahatani petani. Petani sebagai ujung tombak pembangunan pertanian memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan produktivitas hasil pertanian, karena petani merupakan pelaku utama sektor pertanian. Jika petani tidak mengadopsinya maka inovasi teknologi pertanian tidak akan ada manfaatnya. Dengan demikian apabila pendapatan petani meningkat, maka kondisi ketahanan pangan rumah tangganya semakin kuat. ISSN 2808-7046 Proceedings homepage Faktor yang mempengaruhi tingkat adopsi inovasi teknologi oleh petani antara lain karakteristik sosial ekonomi, persepsi petani, tingkat pengetahuan petani dan sikap petani dalam mengadopsi inovasi teknologi Durpoix, 2010 Thanh dan Yapwattanaphun, 2015; Tey et al. 2014; Kabir dan Rainis, 2014; Indraningsih, 2011. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa inovasi teknologi yang telah diintroduksikan kepada masyarakat petani, beberapa diantaranya tidak diadopsi lebih lanjut oleh petani, misalnya pada pengendalian hama terpadu Nilasari et al. 2016 disebabkan oleh tingkat kerumitan dan kurang menguntungkan hasil dari inovasi teknologi tersebut. Hal ini sejalan dengan Krisnamurthi 2014 yang berpendapat bahwa teknologi pertanian yang telah dikembangkan belum dapat dimanfaatkan sepenuhnya oleh petani karena alasan mendasar, seperti keengganan untuk mengadopsi teknologi baru, perbedaan sistem pertanian, perbedaan budaya daerah, dan kurangnya pengetahuan dalam mengoperasionalkan teknologi pertanian dengan baik. Peningkatan ketahanan dan kemandirian pangan merupakan salah satu tujuan utama pembangunan pertanian. Penguatan ketahanan pangan membentuk sebuah inovasi teknologi pertanian. Inovasi teknologi pertanian tidak sekedar suatu teknologi baru, melainkan sesuatu yang dapat mendorong terjadinya pembaharuan dalam masyarakat pertanian. Dengan demikian, inovasi teknologi pertanian dimaknai lebih dari inovasi teknologi yaitu pengimplementasian dari gagasan, praktek dan ide-ide baru pertanian yang menjadi jalan baru bernilai komersial dan berdayaguna bagi peningkatan taraf hidup petani Schilling, 2017. Untuk membangun dan mengembangkan sistem usaha pertanian inovatif berbasis inovasi teknologi pertanian dalam rangka meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani, perlu menggunakan pendekatan baru yang mengakomodasikan keberhasilan implementasi model terdahulu dan memperbaiki kelemahan-kelemahannya. Menyikapi hal tersebut, maka penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana penerapan inovasi teknologi pertanian berbasis sistem usaha pertanian inovatif dalam mendukung ketahanan pangan. 2. METODOLOGI Bahan literatur yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah beberapa referensi yang berasal dari hasil penelitian, kajian, dan ulasan dari beberapa tulisan yang kemudian dirangkum menjadi suatu karya tulisan ilmiah. Pengkajian dilakukan dengan menggunakan Metoda Desk Research, data yang digunakan adalah data sekunder yang berasal dari berbagai sumber yaitu; Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertanian, jurnal dan sumber lainnya yang mendukung. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN SUP Inovatif Sistem Usaha Pertanian SUP inovatif adalah suatu industri biologis yang memanfaatkan materi dan proses hayati untuk memperoleh laba yang layak bagi pelakunya yang dikemas dalam berbagai subsistem mulai dari subsistem pra produksi, produksi, panen dan pasca panen serta distribusi dan pemasaran. Simpul-simpul SUP tersebut saling terkait dan saling mempengaruhi antara satu dengan lainnya. Komponen dan Paket Inovasi Teknologi SUP Inovatif Aspek sumber daya, kebudayaan kebiasaan, teknologi dan kelembagaan merupakan unsur-unsur yang tidak dapat dipisahkan dalam upaya untuk menerapkan suatu inovasi. Kebudayaan dan kelembagaan merupakan unsur sosial, sedangkan teknologi merupakan unsur teknis yang tidak dapat dilepaskan dari unsur ekonomi. Ketiga unsur tersebut sosial-teknologi-ekonomi saling berinteraksi dalam kerangka sistem inovasi, yang akan saling mempengaruhi satu sama lain sehingga merupakan unsur utama untuk menumbuhkan kemandirian petani Setiawan, 2012; Heryanto, 2012. Peningkatan produksi pertanian dapat ditempuh melalui penerapan inovasi teknologi dengan pengembangan pola bertani yang didasarkan atas sistem pertanian berkelanjutan. Adapun strategi umum dalam merancang bangun SUP Inovatif adalah 1 Menerapkan teknologi inovatif tepat guna secara partisipatif, 2 Membangun percontohan pembangunan pertanian LSO berbasis teknologi inovatif yang mengintegrasikan sistem inovasi dan kelembagaan dengan sistem agribisnis, 3 Mendorong proses difusi dan replikasi model sistem usaha pertanian inovatif melalui ekspose dan demonstrasi lapang, sistem informasi, advokasi dan fasilitasi/pendampingan, dan 4 Mengembangkan agroindustri pedesaan berdasarkan karakteristik wilayah LSO dan kondisi sosial ekonomi setempat. Komponen dan paket teknologi inovatif pada masing-masing komoditas berdasarkan teknologi rekomendasi dari Balai Penelitian Sayuran. Teknologi inovatif tersebut mencakup pengolahan tanah, pemupukan, perlakuan benih, penanaman, pengairan irigasi tetes, pemeliharaan mencakup pengendalian hama dan penyakit serta gulma dan panen, dan kelembagaan petani. Pengairan menggunakan teknik irigasi tetes memberikan hasil terbaik. Hasil kajian memperlihatkan bahwa dengan menggunakan teknologi irigasi tetes lebih baik, baik dari segi efisiensi penggunaan air maupun dari aspek agronomisnya Yusron et al. 2019. ISSN 2808-7046 Proceedings homepage Pengolahan Tanah Pengolahan tanah berpengaruh positif terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman terutama jelajah dan penetrasi akar dalam menyerap hara dan air, serta pelepasan gas-gas dari tanah ke atmosfer melalui jaringan dalam akar Wihardjaka, 2018. Komponen teknologi pengolahan tanah yang dapat dilakukan antara lain 1 pemberian bahan amelioran yang bertujuan untuk meningkatkan kesuburan tanah melalui perbaikan kondisi fisik dan kimia dan menekan emisi GRK. Ameliorasi dapat dilakukan dengan menggunakan dolomit, kaptan, zeolit, pupuk kandang, abu sekam Wihardjaka, 2011 dan 2 menerapkan teknologi pemupukan yang efisien dengan pemberian bahan organik pada saat pengolahan tanah sehingga mendapatkan hasil yang berkualitas dan optimal. Pemupukan Berimbang Peningkatan produktivitas lahan didukung peningkatan produksi dan kesuburan tanaman, yang paling efektif dilakukan dengan pemberian pupuk. Pupuk diperlukan untuk memenuhi kebutuhan unsur hara tanaman, yang pada kondisi tertentu tidak disediakan oleh tanah dalam jumlah yang memadai Rosadi, 2015. Kementerian Pertanian sebagai lembaga yang bertanggung jawab terhadap kebijakan pupuk, mendefiniskan pemupukan berimbang sebagai pemberian pupuk bagi tanaman sesuai dengan status hara tanah dan kebutuhan tanaman untuk mencapai produktivitas yang optimal dan berkelanjutan Peraturan Menteri Pertanian No 40/Permentan/ No 130/Permentan/ dan Keputusan Menteri Pertanian No. 01/Kpts/ Perpaduan antara pupuk anorganik, pupuk organik dan pupuk hayati yang dinamakan pupuk majemuk SRF plus. Perannya adalah memberi pupuk yang seimbang bagi tanaman, sehingga kebutuhan hara terpenuhi yang disediakan pupuk anorganik dan tanah dijaga kesuburannya dilakukan oleh pupuk organik dan pupuk hayati. Pupuk majemuk SRF plus merupakan bagian dalam kegiatan pemupukan berimbang. Irigasi Tetes Irigasi tetes merupakan cara pemberian air dengan jalan meneteskan air melalui pipa-pipa di sekitar tanaman atau sepanjang larikan tanaman. Disini hanya sebagian dari daerah perakaran yang terbasahi tetapi seluruh air yang ditambahkan dapat diserap cepat pada keadaan kelembapan tanah rendah. Keuntungannya adalah penggunaan air irigasi yang sangat efisien. Nilai ekonomis air dengan menggunakan irigasi tetes lebih baik dibandingkan dengan irigasi permukaan Marpaung, 2013. Irigasi tetes dapat dibedakan menjadi 3 macam yang berdasarkan jenis cucuran airnya, yaitu a Air merembes sepanjang pipa lateral via flow, b Air menetes atau memancar melalui alat aplikasi yang dipasang pada pipa lateral, dan c Air menetes atau memancar melalui lubang-lubang pada pipa lateral Prastowo, 2010. Penggunaan irigasi tetes di kalangan petani masih sangat minim, ini dikarenakan biaya instalasinya yang mahal, namun hal ini dapat diatasi dengan mengganti komponen sistem irigasi yang mahal menggunakan komponen yang sederhana tetapi dengan fungsi yang sama sehingga petani tetap bisa menggunakan sistem irigasi tetes dan mendapatkan keuntungan yang lebih besar Pasaribu et al. 2013. Menurut Setiapermas dan Zamawi, 2015 inovasi teknologi jaringan irigasi tetes di tingkat petani perlu dilakukan sehingga keuntungan yang didapatkan dalam irigasi tetes penggunaan air efisien dan mempermudah pemberian air dapat diraih dengan biaya investasi yang terjangkau. Pengendalian Hama Dan Penyakit Salah satu inovasi teknologi SUP inovatif adalah penggunaan pestisida ramah lingkungan seperti biopestisida/pestisdia hayati yaitu pestisida yang mempunyai kemampuan mengendalikan organisme pengganggu tanaman namun pestisida tersebut lebih cepat terurai, mempunyai toksisitas relatif rendah pada hewan, tidak meninggalkan residu di lingkungan maupun produk sehingga relatif lebih aman pada manusia dan lingkungan Andoko, 2010. Beberapa pestisida hayati yang telah dikembangkan Badan Litbang Pertanian antara lain pestisida nabati dari biji atau daun mimba yang mempunyai bahan aktif azadirachtin, brotowali, tegari, limbah batang tembakau Indratin dan Wahyuni, 2017 brotowali Lasiyo, 2017, tegari Asikin, 2014, sambiloto Nugroho et al., 2016 dan Senoaji et al. 2017, limbah batang tembakau, ekstrak bintaro Hasyim et al. 2017. Persyaratan pendaftaran pestsida alami relatif lebih sedikit daripada pestisida kimia. Persyaratan pestisida alami meliputi uji mutu, uji efikasi, dan instansi pemerintah. Instansi pemerintah yang mempunyai tugas dan fungsi terkait perlindungan tanaman berpeluang untuk melakukan pendaftaran pestisida alami yang dihasilkan untuk pelaksanaan program pemerintah Sarwani, 2017. Kelembagaan Petani Dalam kehidupan komunitas petani, posisi dan fungsi kelembagaan petani merupakan bagian pranata sosial yang memfasilitasi interaksi sosial dalam suatu komunitas. Upaya pemberdayaan kelembagaan petani ISSN 2808-7046 Proceedings homepage guna meningkatkan perhatian dan motivasi berusahatani akan lebih memberikan hasil bila memanfaatkan makna dan potensi 3 tiga kata kunci utama dalam konteks kelembagaan, yaitu norma, perilaku serta kondisi dan hubungan sosial. Upaya pemberdayaan kelembagaan petani memerlukan reorientasi pemahaman dan tindakan bagi para fasilitator perubahan selaku agen perubahan dalam pelaksanaan program pembangunan pertanian. Keterlibatan fasilitator pembangunan yang memiliki kemampuan komunikasi yang sepadan merupakan salah satu kunci keberhasilan proses diseminasi dan alih teknologi pertanian. Proses diseminasi teknologi akan berjalan mulus bila disertai dengan pemahaman dan pemanfaatan potensi elemen-elemen kelembagaan dan status petani dalam suatu proses alilh teknologi atau diseminasi teknologi baru. Penerapan Inovasi Teknologi Pertanian SUP Inovatif Proses adopsi inovasi pada hakekatnya dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku, pola pikir pada diri seseorang sehingga mampu mengambil keputusan sendiri setelah menerima pesan yang disampaikan oleh penyuluh kepada dirinya. Penerimaan disini mengandung arti tidak sekedar tahu, tetapi sampai benar-benar dapat melaksanakan atau menerapkannya dengan benar serta menghayatinya dalam kehidupan dan usahataninya Sulisworo, 2010. Perubahan sikap, pengetahuan, dan perilaku menjadi awal perbaikan pengelolaan usaha tani. Hal ini diharapkan dapat mendorong efektivitas dan efisiensi adopsi teknologi sehingga dapat meningkatkan produktivitas usaha tani Hendayana, 2016. Keputusan petani untuk menerapkan teknologi, terutama ditentukan oleh faktor internal dalam diri petani, antara lain sikap dan tujuannya dalam melakukan usaha tani. Sikap petani dalam hal ini sangat tergantung dari karakteristik petani itu sendiri yang meliputi karakteristik sosial ekonomi, karakteristik kepribadian, dan karakteristik komunikasinya. Sementara itu, tujuan petani dalam melakukan usaha taninya selain untuk meningkatkan pendapatan, ada juga yang hanya sekedar mencukupi kebutuhannya subsisten. Rendahnya tingkat adopsi teknologi petani dipengaruhi banyak faktor, antara lain masalah modal, harga input, dan harga output Sugandi dan Astuti, 2012. Penerapan inovasi di wilayah pedesaan Indonesia sangat berhubungan erat dengan aspek penyuluhan. Penyuluh lapang memiliki peran penting dalam memperkenalkan inovasi teknologi pertanian kepada petani, yang pada dasarnya tidak hanya sekedar memperkenalkan teknologi kepada petani, melainkan meningkatkan kapasitas petani agar mampu secara mandiri dalam menjalankan usahanya Fatchiya et al. 2016. Penyuluh pertanian dapat berperan sebagai fasilitator dalam membangun hubungan/keterkaitan antara petani dan pelaku agribisnis lainnya. Strategi Diseminasi Inovasi Teknologi Pertanian Berbasis SUP Inovatif Strategi diseminasi inovasi teknologi pertanian untuk peningkatan akses petani terhadap inovasi teknologi pertanian dapat dilakukan melalui tiga tahapan utama, yaitu tahap pertama, pengguna dan pengguna antara operator, penyuluh, dan fasilitator dapat mengakses informasi inovasi pertanian yang tersedia di pusat informasi pertanian secara baik dan benar; tahap kedua, informasi yang telah diperoleh dikelola, dirakit, dan disederhanakan ke dalam bentuk yang mudah diterima oleh pengguna yaitu petani sesuai dengan karakteristik pengguna dengan biaya yang murah dan terjangkau; dan tahap ketiga, diharapkan informasi yang telah dikemas dalam berbagai media dapat disebarkan ke pengguna melalui kombinasi dari media terbaru media digital, konvensional, dan termasuk media tradisional yang populer di tingkat masyarakat. Pada tahap ini diharapkan peran petugas sebagai fasilitator dapat bersinergi dengan tokoh masyarakat untuk mendukung operasionalisasi informasi diseminasi inovasi pertanian melalui media potensial yang mampu menjangkau pengguna siaran radio, telepon seluler, papan pengumuman desa, dan media personal sampai di tingkat desa perlu dioptimalkan untuk mempercepat informasi diseminasi inovasi pertanian sampai di tingkat petani Indraningsih et al. 2014. Proses difusi inovasi teknologi terdiiri atas empat unsur yaitu, yaitu temuan baru tentang invensi, saluran komunikasi, waktu dan sistem sosial. Purnomo et al. 2015 mengemukakan bahwa metode penyuluhan percepatan transfer teknologi yang dinilai paling efektif adalah sekolah lapang, temu lapang dan demplot. Sejalan dengan itu, inovasi teknologi sumberdaya lahan terutama teknologi terapan banyak dilaksanakan melalui demplot dan temu lapang, yang perlu dianalisis pemanfaatan dan dampaknya terhadap pembangunan pertanian. Selanjutnya Pratiwi et al. 2018 mengemukakan bahwa sekolah lapang di pedesaan perlu ditingkatkan, karena kebanyakan petani di pedesaan lebih percaya kepada sekolah lapang. Penerapan Adopsi Inovasi Teknologi SUP Inovatif Mendukung Ketahanan Pangan Mamat et al. 2020 menyatakan bahwa dampak awal dari inovasi teknologi adalah terkait dengan kebijakan stakeholders khususnya pemerintah daerah yang mengaplikasikan beberapa teknologi hasil penelitian dalam program prioritas Kementerian Pertanian. Masalah yang muncul dalam adopsi inovasi teknologi SUP inovatif adalah lemahnya diseminasi teknologi kepada petani dan lambatnya adopsi teknologi oleh petani. ISSN 2808-7046 Proceedings homepage Beberapa alasan yang dikemukaakan oleh petani diantaranya adalah kekurangan modal dan tenaga kerja, keterbatasan lahan garapan, dan tidak merasakan keuntungan secara langsung Dariah, 2012. Petani di Indonesia adalah produsen sekaligus konsumen, sebagai konsumen rakyat dalam konsep kedaulatan maka indikator kedaulatan petani adalah “kedaulatan petani atas pangan” yang merupakan indikator ketahanan pangan. Petani sebagai rakyat/konsumen yang berdaulat atas pangan adalah petani yang sudah terpenuhi kebutuhan pangannya. Ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya kebutuhan pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan secara cukup, baik dari jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau. Dengan demikian, suatu wilayah dikatakan berhasil dalam pembangunan ketahanan pangan jika adanya peningkatan produksi pangan, distribusi pangan yang lancar serta konsumsi pangan yang aman dan berkecukupan gizi pada seluruh masyarakat Suyudi et al. 2012. Penerapan inovasi teknologi pertanian berbasis SUP inovatif berperan dalam meningkatkan produktivitas usaha tani, sehingga berpeluang untuk meningkatkan kesejahteraan hidup, yang salah satunya diindikasikan dari meningkatnya ketahanan pangan rumah tangga petani. Petani yang intensif menerapkan inovasi teknologi pertanian berbasis SUP inovatif memiliki peluang meningkat pendapatannya dari hasil produktivitasnya yang lebih tinggi, yang dapat membantu penguatan ketahanan pangan rumah tangganya. 4. KESIMPULAN Jenis inovasi teknologi pertanian yang berkembang atau diterapkan oleh petani bergantung pada kondisi agrosistem wilayah setempat. Terdapat hubungan antara penerapan atau adopsi inovasi teknologi pertanian dengan tingkat ketahanan rumah tangga petani. Petani yang lebih intensif menerapkan inovasi teknologi berbasis sistem usaha pertanian inovatif memiliki tingkat ketahanan pangan yang lebih baik dibandingkan dengan petani yang tidak menerapkan inovasi teknologi berbasis sistem usaha pertanian inovatif. DAFTAR PUSTAKA Andoko, A. 2010. Budidaya padi secara organik. Penebar Swadaya. Jakarta. Asikin, S. 2014. Akar daun tegari bisa untuk pestisida nabati. Berita Web. adm/14 Peb 2014. Diunduh 1 Maret 2021. Dariah, A. 2012. Perkembangan teknologi pengelolaan lahan kering. Dalam Dariah A, Kartiwa B, Sutrisno N, Suradisastra K, Sarwani M, Suparno H, Pasandaran E. editors. Prospek Pertanian Lahan Kering Dalam Mendukung Ketahanan Pangan. Badan Penelitian dan Pegembangan Pertanian. Kementrian Pertanian. IAARD Press. Hlm 91 – 102. Durpoix D. 2010. Farmer attitudes and behavior towards the nature environment a New Zealand Case Study [thesis]. New Zealand Massey University. Fatchiya, A, S. Amanah, dan Y. I. Kusumastuti. 2016. Penerapan inovasi teknologi pertanian dan hubungannya dengan ketahanan pangan rumah tangga petani. Jurnal Penyuluhan 122190-197. Hasyim, A., Liferdi L, Nusyirwan H, dan L. Sutji Marhaeni. 2017. Evaluasi ekstrak tumbuhan sebagai insektisida botani untuk mengendalikan ulat bawang Spodoptera Exigua di Laboratorium. Prosiding Workshop dan Seminar Internasional. Inovasi Pestisida Ramah Lingkungan Mendukung Swasembada Pangan Pati, 6-7 September 2017. IAARD Press. Hendayana, R. 2016. Pokok - pokok pikiran pendampingan dalam mendorong peningkatan produksi padi, jagung, dan kedelai. aktualisasi pendampingan kawasan tanaman pangan strategis komoditas padi, jagung, dan kedelai. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Bogor. Halaman 25-36. Heryanto, M. Arari, dan D. Supyandi. 2012. Model peran lembaga riset dalam sistem inovasi frugal sektor pertanian pendekatan analisis berpikir sistem. Warta Kebijakan Iptek dan Manajemen Litbang, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI. Journal of S and T Policy and R and D Management. 102. Indraningsih 2011. Pengaruh penyuluhan terhadap keputusan petani dalam adopsi inovasi teknologi usahatani terpadu. Jurnal Agro Ekonomi, 2911-24. Indraningsih, Sejati Elizabeth R, Ar-Rozy AM, Suharyono S, Djojopoespito S. 2014. Kajian kebijakan dan implementasi diseminasi inovasi pertanian. Laporan Akhir. Bogor ID Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Indratin dan S. Wahyuni. 2017. Potensi pestisida nabati dalam meningkatkan produksi tanaman padi. Prosiding Workshop dan Seminar Internasional. Inovasi Pestisida Ramah Lingkungan Mendukung Swasembada Pangan Pati, 6-7 September 2017. IAARD Press. Jakarta. ISSN 2808-7046 Proceedings homepage Kabir and Rainis R. 2014. Adoption and intensity of Integrated Pest Management IPM vegetable farming in Bangladesh an approach to sustainable agricultural development. Environ Dev Sustain. Krisnamurthi, B. 2014. Kebijakan untuk petani pemberdayaan untuk pertumbuhan dan pertumbuhan yang memberdayakan. Disampaikan pada Pembukaan Konferensi Nasional XVII dan Kongres Nasional XVI Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia. Bogor Lasiyo. 2017. Penggunaan pestisida nabati. Prosiding Workshop dan Seminar Internasional. Inovasi Pestisida Ramah Lingkungan Mendukung Swasembada Pangan Pati, 6-7 September 2017. IAARD Press. Marpaung, R. 2013. Estimasi nilai ekonomi air dan eksternalitas lingkungan pada penerapan irigasi tetes dan alur di lahan kering Desa Pejarakan Bali. Jurnal Sosial Ekonomi Pekerjaan Umum, 5165-75. Nilasari, Fatchiya A, dan Tjitropranoto, P. 2016. Tingkat penerapan pengendalian hama terpadu PHT sayuran di Kenagarian Koto Tinggi, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Jurnal Penyuluhan 121. Nugroho, A., E. Rahardiningtyas, Putro dan R. Wianto. 2016. Pengaruh ekstrak daun Sambiloto Andrographis paniculata Ness. terhadap daya bunuh Bakteri Leptospira sp. Media Litbangkes 26277-84. Pasaribu, Sumono, S., Daulay, dan Susanto, E. 2013. Analisis efisiensi irigasi tetes dan kebutuhan air tanaman semangka Citrullus Vulgaris S. pada tanah ultisol. Jurnal Rekayasa Pangan dan Pertanian, 2190-95. Praptono, B. 2010. Kajian pola bertani padi sawah di Kabupaten Pati ditinjau dari sistem pertanian berkelanjutan Studi Kasus di Kecamatan Pati. Tesis Program Magister Ilmu Lingkungan, Pascasarjana Universitas Diponegoro, Semarang. Pratiwi Santoso dan Roessali, W. 2018. Tingkat adopsi teknologi true shallot seed di Kecamatan Klambu, Kabupaten Grobogan. Journal of Agribusiness and Rural Development Research, 419-18. Prastowo. 2010. Teknologi irigasi tetes. Bogor Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Purnomo, E., Pangarsa, N., Andri dan Saeri, M. 2015. Efektivitas metode penyuluhan dalam percepatan transfer teknologi padi di Jawa. Jurnal Inovasi dan Teknologi Pembelajaran, 12192-204. Rosadi, A. H. Y. 2015. Kebijakan pemupukan berimbang untuk meningkatkan ketersediaan pangan nasional. Jurnal Pangan, 2411-14. Schilling, 2017. Strategic management of technological innovation fifth edition. New York Mc Graw Hill Education. Senoaji, H. Praptana, A. Muliadi dan A. Mugiasih. 2017. Aplikasi antifidan ekstrak sambiloto andrographis Paniculata Nees dan insektisida sintetis dalam pengendalian penyakit tungro pada padi. Prosiding workshop dan seminar internasional. Inovasi Pestisida Ramah Lingkungan Mendukung Swasembada Pangan. Pati, 6-7 September 2017. IAARD Press. p 93-104. Setiapermas, dan Zamawi. 2015. Pemanfaatan jaringan irigasi tetes di dalam budidaya tanaman hortikultura. Dalam I. Djatnika, M. J. . Syah, D. Widiastoety, M. P. Yufdy, S. Prabawati, S. Pratikno, dan O. Luftiyah Ed.. Inovasi Hortikultura Pengungkit Peningkatan Pendapatan Rakyat. Jakarta IAARD Press. Setiawan, I. 2012. Dinamika pemberdayaan petani sebuah refleksi dan generalisasi kasus di Jawa Barat. Widya Padjadjaran, Bandung. Sugandi, D. dan U. P. Astuti. 2012. Persepsi dan minat adopsi petani terhadap VUB Padi sawah irigasi di Provinsi Bengkulu. Diakses tanggal 26 Februari 2021. Sulisworo, D. 2010. Mendorong inovasi dalam bidang iptek guna meningkatkan daya saing bangsa dalam rangka ketahanan nasional. Kertas Karya Perorangan Lembaga Ketahanan Nasional. Jakarta. Suyudi, H. Nuryaman, M. I. Mamoen, dan T. Tedjaningsih. 2020. Kajian ketahanan pangan rumah tangga petani Mendong dan petani padi. Jurnal Agribisnis Terpadu, 13191-107. ISSN 2808-7046 Proceedings homepage Tey YS, Li E, Bruwer J, Abdullah AM, Brindal M, Radam A, Ismail MM and Darham S. 2014. The relative importance of factors inluencing the adoption of sustainable agricultural practices a factor approach for Malaysian vegetable farmers. Sustain Sci, 917–29. Thanh and Yapwattanaphun C. 2015. Banana farmers’ adoption of sustainable agriculture practices in the Vietnam Uplands The Case of Quang Tri Province. Agriculture and Agricultural Science Procedia, 567-74. Wihardjaka, A. 2011. Pengaruh jerami padi dan bahan penghambat nitrifikasi terhadap emisi gas rumah kaca metana dan dinitrogen oksida pada ekosistem sawah tadah hujan di Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Disertasi. Program Studi Ilmu Lingkungan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Wihardjaka, A., A. N. Ardiwinata, dan E. Yulianingsih. 2018. Status dan mitigasi emisi gas rumah kaca di lahan sawah. Forum Komunikasi Profesor RisetMewujudkan Pertanian Berkelanjutan Agenda Inovasi Teknologi dan Kebijakan. IAARD Press. Jakarta. Yusron, M., H. Hermawan, J. Mulyono, A. Muharam, Rubiyo, L. Mailena, U. Humaedah, M. Ramdhani, H. Rafiastuti, Y. Sihombing, E. Nurwulan, A. Djauhari, dan Dalmadi. 2019. Pengembangan kawasan pertanian berbasis sistem usaha pertanian SUP inovatif di lahan sub-optimal. Laporan Akhir Tahun. Balai Besar Pengkajian Dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Bogor. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this pangan bagi rumah tangga tani sangat dipengaruhi oleh produksi pangan maupun non pangan dari hasil usahataninya. Income usahatani tidak akan sama apabila lahan yang diusahakan oleh petani berbeda antara usahatani padi dengan usahatani mendong. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proporsi pengeluaran pangan petani padi dan petani mendong berkaitan dengan proporsi pengeluaran pangan dan non pangan, serta menganalisis derajat ketahanan pangan kedua rumah tangga tersebut. Metode penelitian menggunakan teknik survei, dengan penentuan sampel secara sensus pada 15 rumah tangga petani padi dan 18 rumah tangga petani mendong di Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya. Analisis data dilakukan secara deskriptif dan analisis persamaan Pangsa Pengeluaran Pangan PPP, Tingkat Konsumsi Energi TKE serta analisis kuadran. Hasil penelitian menunjukkan Profil rumah tangga petani mendonng dan petani padi dilihat berdasarkan proporsi pengeluaran pangan dan non pangan menunjukkan bahwa pengeluaran pangan kedua rumah tangga tersebut termasuk rendah, karena sebagian besar digunakan untuk konsumsi non pangan. Derajat ketahanan pangan rumah tangga berdasarkan Pangsa Pengeluaran Pangan dan Tingkat Konsumsi Energi termasuk kategori rendah baik itu untuk petani mendong maupun petani padi karena yang berstatus tahan pangan berada Penerapan teknologi inovasi pertanian berperan dalam meningkatkan produktivitas usaha tani, sehingga berpeluang untuk meningkatkan kesejahteraan hidup, yang salah satunya diindikasikan dari meningkatnya ketahanan pangan rumah tangga ini bertujuan untuk mengindentifikasi inovasi teknologi pertanian yang telah diterapkan di lokasi studi, dan menganalisis hubungannya dengan kondisi ketahanan pangan pada rumah tangga penelitian berupa survei di dua desa di Kabupaten Bogor yang masing-masing memiliki tipe pertanian yang berbeda yaitu lahan kering dan basah sawah, dengan jumlah sampel sebanyak 80 dianalisis dengan uji statistik Rank Spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar petani di lahan sawah telah menerapkan inovasi teknologi berupa sistem jajar legowo secara intensif, dan petani di desa berlahan kering cukup intensif dalam menerapkan inovasisistem tumpang sari dan pengolahan hasil pertanian on farm .Penerapan teknologi ini berkorelasi positif dengan kondisi ketahanan pangan rumah tangga petani, yaitu petani yang menerapkan inovasi teknologi lebih intensif memiliki tingkat ketahanan pangan yang lebih baik. merupakan inovasi yang harus diterapkan petani dalam menguranggi penggunaan pestisida. Penelitian bertujuan mendeskripsikan tingkat penerapan PHT oleh petani. Metode penelitian survei bersifat dekriptif. Jumlah responden 90 petani Kenagarian Koto Tinggi. Penelitian lapang April-Mei 2015. Data dianalisis secara deskriptif kuantitatif yang didukung dengan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat penerapan komponen PHT meliputi pemanfaatan musuh alami sebesar 53,05% responden dalam kategori rendah. Komponen budidaya tanaman terdiri dari pengolahan lahan, pemeliharaan dan panen/pascapanen, penggunaan benih/bibi, penggunaan pupuk dan pengendalian OPT secara keseluruhan sebesar 62,78 % dalam kategori cukup sesuai dengan yang telah direkomendasikan. Komponen pengamatan berkala tergolong sedang dan tinggi sebesar 77,78% . Kata kunci Penerapan, Petani, Peran penyuluh, PHT
RevolusiHijau merupakan perubahan secara cepat menyangkut masalah pembaruan teknologi pertanian dan peningkatan produksi pertanian, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. dan jagung untuk meningkatkan hasil panen. Tujuan revolusi hijau adalah meningkatkan produktivitas pertanian dengan cara penelitian dan eksperimen bibit unggul
Robot pertanian TerraSentia menggunakan kamera visual, lidar, GPS dan sensor onboard lainnya untuk mengumpulkan data tanaman secara otonom. © EarthSense Inc. Robot kecil bermotor dapat meningkatkan hasil panen di AS dan mancanegara. Perusahaan asal Illnois EarthSense dan University of Illinois di Urbana-Champaign, dengan bantuan dana dari Departemen Energi AS, telah mengembangkan robot berukuran kecil bernama TerraSentia. Pertanian robotik dan pertanian dengan kecerdasan buatan AI adalah tren teknologi yang tengah berkembang saat ini. Ada sejumlah traktor swakemudi baru dan robot yang mampu menanam di ladang, selain itu ada juga aplikasi yang menghubungkan para petani dengan peralatannya sesuai kebutuhan. Menurut Chinmay Soman, co-founder dan chief executive EarthSense, tujuan TerraSentia adalah “menciptakan varietas hasil panen yang lebih produktif dan awet generasi berikutnya” dengan cara membantu para petani menghasilkan keuntungan lebih besar melalui penemuan masalah lebih dini dan menangani ancaman kritis, seperti gulma yang kebal terhadap herbisida dan menyebar dengan cepat. Di sebuah ladang jagung, robot ini menjelajah lahan, memindai barisan guna menghitung jumlah tanaman, lebar batang dan tingginya. Robot mengumpulkan dan merekam data ini menggunakan sejumlah sensor, seperti kamera video, pendeteksi cahaya dan teknologi pengukur jarak, serta navigasi GPS. Robot ini kemudian mengirimkan informasinya kepada petani, yang memanfaatkan data tersebut untuk mengoptimalkan pertumbuhan tanaman pada waktu itu juga real time. Sejauh ini, TerraSentia telah berhasil memeriksa tanaman jagung, kedelai, gandum, sorgum dan sayuran, selain juga kebun buah dan kebun anggur.
Hasilrata-rata panen jagung dengan aplikasi pupuk slow release 9,6 ton per hektare. Angka ini meningkat 21,5 persen dari rata-rata panen dengan aplikasi pupuk konvensional yang hanya 7,9 ton per hektare. Hasil percobaan BPPT itu membuktikan pupuk slow release juga dapat membantu meningkatkan efisiensi industri pupuk untuk memenuhi kebutuhan pupuk nasional yang terus bertambah.
.
  • 2mpo2eszta.pages.dev/103
  • 2mpo2eszta.pages.dev/326
  • 2mpo2eszta.pages.dev/270
  • 2mpo2eszta.pages.dev/388
  • 2mpo2eszta.pages.dev/219
  • 2mpo2eszta.pages.dev/328
  • 2mpo2eszta.pages.dev/230
  • 2mpo2eszta.pages.dev/213
  • 2mpo2eszta.pages.dev/171
  • penggunaan teknologi untuk meningkatkan hasil panen pertanian adalah